Senin, Oktober 05, 2009

16092009-26Rmdh1430 09.13 menit



Pagi bekabut tipis, butiran hujan atau mungkin juga embun pagi lembut menyapa kulit yang basah terbasuh dinginnya air sisa wudhu untuk sholat subuh.
rasa ngantuk masih juga belum hilang dari pelupuk mata ... sebab ... nuansa sahur belum usai ... peristiwa semalam belum terlupa ...
calon ibu muda yang mengerang kesakitan semalam ... wajah lugu calon ayah yang belum tahu sebenarnya apa yang akan terjadi ...

Alunan takbir lirih terucap membuka rukuk sujud sang calon ayah, tatapan layu sendu dari sang calon ibu ...dan desahan salam menutup.
Sang Ayah tersandar dan tertidur di atas sajadah ... sekian menit sekian detik ... ketika sang calon ibu memberi tahu ada cairan yang mulai membasahi pakaian ...
Panik ... terkejut ... sang calon ayah mengajak sang calon ibu bergegas ...

Sepeda motor Win 100 melaju pelan ... kabut tipis pagi ini menghantarkan butiran lembut air menempel di baju dan celana sepasang manusia muda itu.

Poncokusumo, 16 September 2009
pukul 05.32
Waktu terasa lambat ... langkah kaki sang calon bapak tak terhitung melintasi lantai yang sama di rumah bu bidan. Menanti kabar dari bilik kamar yang hanya terisi bu bidan dan calon ibu.
pukul 05.45
"Ibu harus di bawa ke RS, ketubannya pecah". Sepenggal kalimat yang terucap ketika Sang calon suami masuk dan ditemui Bu bidan.
Sepenggal kalimat yang membuat ia harus segera bergegas pulang, mengabarkan kepada Mak dan Bapak. Sepenggal kalimat yang membuat ia harus segera bergegas menyambar apa saja yang mungkin dapat di bawa. Hingga ia tak tahu bahwa di jalan emak sudah menyusulnya.
Pukul 05.50
Segepok pakaian tersiksa didalam tas, beberapa lembar uang mencoba menghiasi satu-satunya brankas dalam hidupnya. Segunung kepanikan tertancap di kepala ... segumpal harapan mencoba ia ukirkan.
Pukul 06.02
Sebuah mobil kijang reyot berwarna hijau menuruni Gunung. di dalamnya ada beberapa manusia yang mencoba belajar tabah. Sang calon ayah yang memiliki tatapan kosong, Sang calon ibu yang tergolek lemas dibahu emak, sang Bidan yang berusaha menenangkan dengan serangkaian cerita ringan yang menghibur tetapi tetap saja hambar, sang sopir yang menatap lurus jalan yang tak lurus, anak sang sopir yang bermain sendiri.
pukul 08.01
"Rumah Sakit MANU Husada Malang". sebuah papan nama kusam tersenyum ramah, tumbuhkan secercah harapan di dada sang calon ayah. Ranjang berjalan menerima tubuh sang calon ibu yang tergolek lemas.
Bisikan pelan sang Bidan dengan Resepsionis menyapa telinga sang calon ayah ketika memasuki ruang tunggu. Tanda penyerahan dari sang bidan kepada pengelola tempat ini.
pukul 08.05
Dokter masuk. USG dilaksanakan. "Perempuan" katanya. "Menunggu atau Cesar" lanjutnya. "Keputusan yang sulit" pikir sang calon ayah. "gimana yang ..." tanya sang calon ayah. "Terserah mas..." terdengar jawaban. "Cesar Dok ..." sebuah kalimat meluncur dari mulut sang calon ayah.
Pukul. 08.27
Sang calon ibu meluncur pelan ke dalam kamar bercat putih bersih, sang calon ayah melangkah gontai menuju serambi, Emak membisu, jari-jarinya bergetar, bibir bergetar. Sang suami melangkah ke kamar mandi ... berharap basuhan dingin air wudhu tenangkan hatinya. Buku kecil biru tua ia buka, desahan lirih lantunan ayat suci Al Quran coba ia dengungkan. detik terasa menit... menit terasa jam ...
Pukul 09.15
"Selamat Pak ... Bayinya perempuan". Sebuah teriakan menggema dari ujung lorong, terlihat sang perawat dengan sebongkah daging bernyawa yang beberapa waktu lalu mendekam di perut sang calon Ibu.

...........

2 komentar: