Kamis, September 25, 2008

se-MOET (An Naml)


Seorang sahabat telah mengingatkan ' mengajak saya untuk berfikir tentang ini binatang mungil ini. Thanks mas Iroel ...!!
Nulis tentang semut ... jadi teringat lagi sama sekelompok mahasiswa katrok (maksudnya katrok is ... gak ada yang berani pacaran, beraninya cuma naksir cewek doag ... termasuk yg nulis :-)) yang sukanya maen sepak bola di lapangan STAIN Malang yang sekarang sudah di gusur (sekarangUIN Malang), keluyuran di sawah nangkepin serangga, menghitung jumlah rumput di sungai molek belakang kampus, nemenin lutung lagi makan di cangar n kadang2 mampir di pantai kondang merak ngitung jumlah pupulasi molusca dan lama2 membuat kelompok study yang diberi nama LP2B (Lembaga Penelitian Pengembangan Biologi) yang dulu konsen sama penelitian konservasi keanekaragaman hayati. Nah ... ngomong masalah LP2B ternyata sekarang LP2B punya website di internet tetapi namanya udah berubah dikit IBiS (Indonesian Biodiversity) dalangnya Mas Fawzie ... thanks Om ...hm ... lumayan juga yah ... mahasiswa katrok punya website. Kemana ya mereka ....?? Kenapa kok saya teringat sama mereka, karena ternyata simbol yang di pake kelompok studi ini adalah Semut. klop kaaan ...
Kembali ke permasalahan Semut, yah ... memang kadang kalo kita berfikir bahwa semua makhluk di dunia ini memiliki hak untuk hidup maka, kemungkinan besar kit tidak akan membiarkan diri kita membunuh / memusnahkan si kecil ini, tetapi ketika kita tidak "mengutak-atik" kehidupan mereka, maka kita pun sebenarnya dalam posisi yang sulit. Mengapa demikian?
Coba bayangkan jika kita tidak pernah memikirkan segala sesuatu yang ada didunia, tidak terkecuali semut, maka kitapun sebenarnya telah menafikan potensi yang diberikan Allah kepada kita. Potensi yang berupa akal pikiran. Menafikan potensi berarti tidak menghargai kepada Yang Memberi. Nah ... sekarang permasalahan yang muncul adalah apakah Berfikir / mencari tahu identik dengan mengganggu mereka, membunuh mereka???
"Yaa gak .... wong mikir mereka kok pake ngganggu segala, edan piye" Narto berkata.
"Edan piye to joo ... lha wong untuk kepentingan ngelmu kawruh kok, yaa gak apa2 mereka dikorbankan" jawab Paijo sengit.
"Berkorban itu kalo dianya rela ... ikhlas, lha kalo tidak rak malah dholim namanya?" sahut Narto.
"Dholim gimana to kang ... bukankah apa2 yg ada di dunia ini oleh Allah diperuntukkan Manusia" Jawab Paijo sengit.
"Yo dholim too ... mereka kan butuh hidup juga" pungkas Narto nggak kalah sengit.
"Kang ... yang namanya dholim itu adalah kalo kita melakukan sesuatu tanpa pertimbangan apapun, tanpa memiliki dasar apapun, itu namanya dholim, lha lek punya dasar yang jelas dan pertimbangan yang jelas itu namanya bukan dholim, tetapi melaksanakan apa yang menjadi amanah" jawab Paijo dengan kalem tetapi di hatinya mangkel juga.
Narto terdiam!
"Alam ini, tak terkecuali semut, diberikan Allah sama kita dengan memiliki banyak tujuan. Kita sebagai manusia gak bisa menghitug dan menerka opo maunya Allah membuat makhluk kecil itu. Seperti halnya ketika Allah membuat nyamuk, banyak orang yg tersesat karenanya, tetapi banyk juga yag bisa mangambil manfaat darinya, coba njenengan lihat QS Al Baqarah.
Membunuh semut ituboleh kalau si semut membuat keonaran yang melebihi batas toleransi, misalnya gula yang kita sembunyikan untuk kepentingan kita masih juga diserobot. Tetapi kalo tanpa sebab apapun semut di bunuh naaah ... ini yang namanya dholim kang ..."
"Begitu yaa ..." sahut si Narto sambil manthuk-manthuk.
"Selain itu kang ... apapaun yang ada di dunia sebenarnya sebagai ujian bagi kita" Paijo menambahi.
"Termasuk semut?" Sahut Narto
"Iya ... Coba pean baca AQ Al Ankabuut ayat 2-3. Pean pasti tahu bahwa Allah gak akan membiarkan manusia hanya mengucapkan "Saya sudah beriman" terus kemudian dibiarkan melanggang masuk ke sorganya, gak akan dibiarkan ... tetapi Dia pasti mengujinya, bener-bener nggak orang itu beriman, ato malah cuma bo'ongan. Nah berkaitan dengan semut ... manusia nanti juga mungkin di tanya :"dirumahmu ada makhlukku bernama semut kau apakan dia?".
"Ooooo ......"